YAA RABBANA
Tidak bisakah aku langsung meminta padaMU?
Tanpa ritual-ritual itu
Ritual yang membuat aku menyandarkan harapan pada ritual itu
Melengahkanku
Bukankah memintanya kepadaMU?
Setidaknya aku pernah ganteng
YAA RABBANA
Tidak bisakah aku langsung meminta padaMU?
Tanpa ritual-ritual itu
Ritual yang membuat aku menyandarkan harapan pada ritual itu
Melengahkanku
Bukankah memintanya kepadaMU?
Pekerjaanku sekarang adalah menunggu. Menunggu pertolongan. Karena aku tau cuma pertolongan yang kubutuhkan. Pertolongan dari-Nya dan dariku sendiri yang di ridhoi oleh-Nya
Jadi kuisi waktu menungguku ini sambil posting-posting. Buat artikel. Prospek-prospek. Ngurus orderan. Kerjaan-kerjaan kecil besar apa bedanya yang penting tulus dan berharap menggerakkan hati Sang ESA untuk menolongku. Sekarang.
Iya. Sekarang.
Jadi gini bro,
Sekarang usiaku 45. Aku dah ada kerjaan yang sedang aku kembangkan untuk menjadi miliar. Kalau kamu nawari sesuatu dan itu ga bisa jadi miliar. Aku ga akan meluangkan waktu.
Anakku 4. 2 Diantaranya masih balita. Aku butuh sesuatu yang sekali tembak, boom, make huge money.
Nah sekarang, seberapa serius usaha yang kamu mau tawari sama aku itu. Buat iseng-iseng saja. Mengisi waktu luang. Buat sedekah. Atau memang buat uang gedhe.
...
Itu pernyataanku pada temanku yang kemaren nawari kerja bareng garap perusahaan travel dari awal di Surabaya.
Rumahku ini kadang ada bau pesing-pesingnya di beberapa sudut. Karena anakku 4, 2 masih balita yang belum tau dimana meletakkan urine ditempat yang ideal.
Karena udah ada yang sedang dilatih untuk tanpa diapers. Ya begitulah. By mood. Kadang ingin pipis on the hole (kamar mandi), kadang tetap aja di kasur.
Untung jarang orang bertamu ke rumah, apalagi menginap. So, mereka jarang tau perihal aroma yang sering muncul ini. Mungkin tetangga-tetangga pada tahu saat ku mencuci dan menjemur sprei dan kasur diluar rumah. Kadang nampung di tetangga depan rumah juga yang sering tak berpenghuni.
Jadi aib 'wangi khusus' kami ini dilindungi Allah.
...
Aku pernah kerja di perusahaan besar. Besar penduduknya, besar omsetnya, besar profitnya. Karena lain sesuatu hal aku harus keluar dari perusahaan itu.
Aku marah atas fitnahan itu. Tapi kebenaran harus mengalah dengan kebanyakan.
...
Bersama dengan waktu aku menyadari dosa-dosaku yang dulu. Aib yang selama ini Allah lindungi untuk tidak menyebar. Aib yang jauh dulu sekali pernah terjadi.
Andaikata terbuka saat aku lagi jaya-jayanya di perusahaan itu, tentu kasihan perusahaan itu. Kasihan dengan puluhan ribu membernya yang sedang asyik mengais rejeki disitu.
Allah SWT sedang menyelamatkanku.
...
Lalu aku ga jadi marah.
Saat sadar bahwa dosaku banyak. Ga keitung. Maka aku surutkan komplain-komplain yang selama ini pernah aku layangkan. Komplain kenapa kok hidup begini hidup begitu.